28 Ogos 2009

Hargai Umurmu !!

Barangsiapa yang tidak menyibukkan diri
dalam kebaikan niscaya akan disibukkan
dalam keburukan


"Happy birthday to you..happy birthday to to you.., begitulah ucapan yang sering kita terima setiap kali menyambut hari ulang tahun. Persoalannya, apakah benar kita bahagia? Apakah benar-benar kita telah berprestasi untuk memanfaatkan setiap detik usia muda kita?

Itulah yang sering kita lalaikan, merasa bertambah usia, padahal kontrak hidup kita semakin hari semakin sempit. Menurut Nabi SAW, rata-rata umur umatnya sekitar 60 tahun. Waktu kita sama sehari 24 jam. Tetapi kenapa prestasi yang dicapai oleh kita berbeza?

Perhatikan, masing-masing waktu kita sama: 60 saat dalam 1 minit, 60 minit dalam 1 jam dan 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan seterusnya. Kalau umur kita 60 tahun, dan menjadikan 8 jam sehari untuk tidur, maka sepanjang umur 60 tahun kita telah menghabiskan 20 tahun hanya untuk tidur! Hitunglah sendiri kalau tidak percaya. Ini tidak termasuk makan, bermain, online internet, menegelamun, dan lain-lain. Na’uzubillahhi minzaalik.


Orang-orang cemerlang menyedari bahawa usia harus berkadar lurus dengan prestasi. Sejak awal mereka menapaki usianya untuk meraih prestasi. Diantaranya yang paling menonjpl adalah ditanamkan dan diwujudkan hafalan al-Quran sejak usia muda. Kalau sekarang sering terdengar ‘kempen nikah muda’, zaman salafus salih telah awal-awal mengkempenkan ‘hafal al-Quran dan mencintai ilmu’ di usia muda.


Nikah dini: dambaan kebanyakan remaja Islam


Imam Syafi’i misalnya, beliau telah menghafalkan al-Quran pada usia 9 tahun. Kemudian pada usia 10 tahun beliau telah menghafal isi kita Al Muwatha’ karangan Imam Malik yang berisi 1,720 hadis dengan sempurna. Para ahli hadis kebanyakannya telah mengahafal al-Quran pada usia muda dan mengkaji, menelaah, mentakhrij, menghafal dan menulis hadis di usia belasan tahun.

Usamah bin Zaid menjadi panglima perang usia 18 tahun. Muhammad bin Qasim menjadi panglima perang usia 17 tahun. Tharafah bin Al Abdu Syahid menjadi panglima perang dalam usia 26 tahun. Sementara saat ini banyak remaja dan pemuda pemudi Islam bukan sahaja jauh dari budaya mencintai ilmu dan menghafal al-Quran, malah ‘belum tahu siapa dirinya’!

Temukan jati dirimu!

Aku mesti Berubah !!!


Kembalilah kita bermuhasabah, apa yang telah, sedang dan akan kita lakukan dengan :

1. hidupmu sebelum matimu
2. sihatmu sebelum sakitmu
3. kelapangan sebelum sibukmu
4. mudamu sebelum tuamu
5. kayamu sebelum miskinmu

Inilah yang dianjurkan Nabi SAW. Contohi juga para ulama’ besar kita dalam menggunakan waktu. Mereka menggunakan setiap kesempatan menuntut ilmu sehingga kesempitan, ketertindasan bahkan penjara menjadi madrasah bagi mereka. Bila para ulama’ belajar untuk menghasilkan karya dan menghafalnya, sayang sekali kita sekadar membaca karya mereka pun susahnya bukan main. Apalagi untuk menghafal dan menghasilkan karya besar. Inilah something wrong yang harus kita temukan jawapanya dan kita ubah paradigmanya.


Wallahu 'alam


oleh: Wan Mohd Suhafifi bin Sukri


2 ulasan:

Pemasaran & Jualan (01115099848) berkata...

kalau macam tu, kene tambah la kata salafussoleh tuh

‘hafal al-Quran, mencintai ilmu dan nikah ketika kuliah’

haha

Wan Suhafifi Sukri berkata...

ana srtuju cadangan nta, aizat. Tapi nta kena buktikan dulu kata2 nta tu.
hehe.

 


ZIKIR & FIKIR - Templates Novo Blogger 2008