22 September 2010

Ghuraba'


Nasyid Ghuraba' by Sheikh Saad Al-Ghamidi

Laisal gharibu huwalladzi faraqad diyara wadda’al aan
Walakinnal ghariba huwalladzi yajiddu wan naasu min haulihi yal’abun
Wa yash-hu wan naasu min haulihi yanaamun
Wa yasluku darbal khairi wan naasu fii dhalalihim yatakhaththathun
Wa shadaqasy syaa’iru idz yaquul:
Qaala lii shahiibun araaka ghariiba
Baina haadzal anaami duuna khaliili
Qultu, kalla! Balil anaamu ghariibun, ana fii ‘aalami wa haadzihi sabiilii
Haadza huwal ghariib: Ghariibun ‘indal ‘aabitsiina minal basyar
Walakinnahu ‘inda rabbih, fii maqaamin kariim


Bukanlah orang asing itu mereka yang berpisah dari negeri mereka dan mengucapkan selamat tinggal sekarang
Tapi orang asing itu ialah mereka yang tetap serius dikala manusia di sekelilingnya asyik bermain-main
Dan tetap terbangun ketika manusia di sekelilingnya asyik tidur dengan lenanya
Dan tetap mengikuti jalan lurus dikala manusia dalam kesesatannya tenggelam
tanpa arah

Dan betapa benarnya sebuah syair ketika dia berkata
Berkata kepadaku para sahabat, ‘aku melihatmu sebagai orang asing’
Di antara orang banyak ini engkau tanpa teman dekat
Maka aku berkata, sekali-kali tidak! Bahkan orang banyak itulah yang asing, sedang aku berada di kehidupan dan inilah jalanku
Inilah orang asing itu
Asing di sisi mereka yang hidup sia-sia di antara manusia
Tetapi disisi Rabb-nya, mereka berada di tempat yang mulia

Ghurabaa`, ghurabaa`,
ghurabaaa` ghurabaa`
Ghurabaa`, ghurabaa`,
ghurabaaa` ghurabaa`


Ghurabaa` wa li ghairillaahi laa nahnil jibaa
Ghurabaa` war tadhainaa haa syi’aaran lil hayaah
Ghurabaa` wa li ghairillaahi laa nahnil jibaa
Ghurabaa` war tadhainaa haa syi’aaran lil hayaah


Ghurabaa`, dan kepada selain Allah mereka takkan menunduk
Ghurabaa`, dan mereka telah rela Ghurabaa` sebagai syi’ar dalam kehidupan
Ghurabaa`, dan kepada selain Allah mereka takkan menunduk
Ghurabaa`, dan mereka telah rela Ghurabaa` sebagai syi’ar dalam kehidupan

In tasal ‘anna fa inna laa nubaali bith-thughaat
Nahnu jundullaahi dauman darbunaa darbul-ubaa
In tasal ‘anna fa inna laa nubaali bith-thughaat
Nahnu jundullaahi dauman darbunaa darbul-ubaa

Jika engkau bertanya tentang kami, maka kami tak peduli terhadap para taghut
Kami adalah tentara Allah selamanya, jalan kami adalah jalan yang sudah tersedia
Jika engkau bertanya tentang kami, maka kami tak peduli terhadap para taghut
Kami adalah tentara Allah selamanya, jalan kami adalah jalan yang sudah tersedia

Lan nubaali bil quyuud, bal sanamdhii lil khuluud
Lan nubaali bil quyuud, bal sanamdhii lil khuluud
Fal nujaahid wa nunaadhil wa nuqaatil min jadiid
Ghurabaa` hakadzal ahraaru fii dunyal ‘abiid
Fal nujaahid wa nunaadhil wa nuqaatil min jadiid
Ghurabaa` hakadzal ahraaru fii dunya-al ‘abiid


Kami tak peduli terhadap rantai para taghut, sebaliknya kami akan terus berjuang
Kami tak peduli terhadap rantai para taghut, sebaliknya kami akan terus berjuang
Maka marilah kita berjihad, dan berperang, dan berjuang dari sekarang
Ghurabaa`, dengan itulah mereka merdeka dari dunia yang hina
Maka marilah kita berjihad, dan berperang, dan berjuang dari sekarang
Ghurabaa`, dengan itulah mereka merdeka dari dunia yang hina

Kam tadzaakarnaa zamaanan yauma kunna su’adaa`
Bi kitaabillaahi natluu-hu shabaahan wa masaa`
Kam tadzaakarnaa zamaanan yauma kunna su’adaa`
Bi kitaabillaahi natluu-hu shabaahan wa masaa`


Betapa sering saat kita mengenang hari-hari bahagia kita
Dengan Kitabullah kita membaca, di pagi hari dan di petang hari
Betapa sering saat kita mengenang hari-hari bahagia kita
Dengan Kitabullah kita membaca, di pagi hari dan di petang hari

Qaala Rasulullahi Shallallaahu ‘alaihi was Sallam
Bada-al Islamu ghariiban wa saya’uudu ghariiban kamaa bada-a
Fathuuba lil ghurabaa`


Bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi was Sallam
Islam itu bermula dari asing, dan akan kembali asing seperti mulanya
Maka beruntunglah orang-orang yang asing



Sumber: http://akhwatzone.multiply.com

31 Januari 2010

Keindahan dan Kemuliaan Kaum Perempuan


Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik

perhiasan adalah wanita solehah"

(HR Muslim)


Setiap taman mempunyai hembusan angin. Hembusan taman dunia adalah kaum perempuan. Mereka, saudara laki-laki. Ibu para pahlawan. Penuh lembut, indah, rahim orang-orang besar, melahirkan para ulama’, membesarkan orang-orang tangguh, mendidik para pemikir.


Perempuan, itu perasa. Menyakitinya adalah dosa. Memarahinya adalah cela. Barangsiapa yang mencederainya, maka ia tak lagi punya hak mendapat kasihnya. Andai engkau berikan untuknya simpanan mahar, kemudian anda mengabdi kepadanya selama satu bulan, lalu ia melihat ada kekeliruan sedikit dari dirimu, ia mungkin akan berkata, “Aku tak melihat kebaikan apapun darimu.”


Perempuan, di dunia ini adalah hiasan, keindahan dan pemberi inspirasi. Dia adalah pakaian bagi kaum laki-laki. Teman intim dalam kehidupan. Ia juga ibu yang sangat kasih. Sahabat bagi yang bersedih. Lebih baik dari meratap dan menangis. Tapi lebih merisaukan dari rasa sakit dan lara.



Air susunya adalah makanan yang paling tulus. Perlindungan yang diberikannya, benar-benar tulus. Air susunya adalah sumber kasih sayangnya. Di matanya tersimpan rahsia. Di keningnya terdapat banyak cerita. Air susunya menyimpan makna kedermawanan. Dalam pelukannya ada kasih sayang. Rasa laparnya, bererti ia tidak lapar seorang diri. Ketiadaan perempuan dari kehidupan adalah kehilangan banyak kebahagiaan. Ketersembunyian perempuan dalam pentas dunia, adalah membunuh keindahan.


Ia adalah rumah bagi rantai keturunan. Penghimpun banyak prosa dan seni bahasa. Emas tanpa perempuan adalah arang. Mutiara tanpa perempuan adalah selonggok batu. Pendapat dan pandangannya memuat bahasa hati yang boleh anda baca. Anda mengetahui kadar cintanya, dari perempuan yang ditinggal kekasihnya. Dengan perempuan, dipahamilah erti kepergian dan perambungan, pertemuan dan perpisahan, kerugian dan kebingungan, ketidakpedulian dan tuduhan.


Argumentasi perempuan boleh berakibat pada pembunuhan. Hanya kata-kata yang disampaikan kepadanya bisa bermakna meminangnya. Perkataan perempuan adalah sihir yang halal. Kalimat-kalimat dari lisannya mengalir seperti madu. Senyumannya lebih lazat daripada anggur. Perempuan lebih mampu menyihir beranding Harut dan Marut.


Di antara perempuan-perempuan, terdapat Khadijah yang menjadi simbol etika. Khadijah mempunyai istana di syurga. Tak ada kebisingan dan keletihan di sana. Di antara perempuan-perempuan, ada Aisyah binti As-Siddiq. Ia pemilik ilmu, ketelitian dan kredibiliti. Ia disucikan dan suci. Ia mempunyai kelembutan yang luar biasa dan keterpujian yang menonjol. Di antara perempuan-perempuan ada Fatimah Al batul, binti Rasul. Ibu dari Hasan dan Husin. Pemimpin wanita dunia, yang diterima di sisi Rabbul ‘Alamin.



Perempuan adalah kertas putih. Di atasnya laki-laki menulis apa yang ia mahu. Dari kecintaan dan kebencian. Dari kemarahan dan penghinaan. Ia adalah taman yang hijau. Kebun yang menawan. Di dalamnya semua tumbuh-tumbuhan begitu indah dengan segala jenisnya. Pisau mereka adalah cinta, yang mampu menyungkurkan orang yang mempunyai fikiran, dan melemahkan orang yang tangguh, bila berhadapan dengannya. Orang yang berakal di sisinya menjadi tak berdaya. Anda melihat seorang laki-laki melawan singa, bertempur melawan pasukan bersenjata. Tapi orang itu ternyata dikalahkan oleh perempuan! Anda lihat seorang laki-laki sangat hati-hati dan zuhud dalam soal harta. Mampu berpuasa dari makan dan minum. Tapi orang itu juga ditaklukkan oleh perempuan. Anda lihat seorang laki-laki pemberani bisa rebah tidak berdaya, dan dikalahkan tanpa mampu melawan, jika ia menginginkan perempuan. Perempuan, dalam kebenciannya tidak terlihat jelas. Air matanya adalah petunjuk paling nyata bagi yang mencintainya. Rahsia kekuatannya adalah, justeru sebenarnya ia lemah.


Orangorang kafir ingin agar perempuan bebas berhias dengan fitnahnya. Sedangkan Islam inginkan keterlindungan dan ketertutupan, ketakwaan dan kebersihan. Agar perempuan menjadi bukti keindahan dan penerimaan. Orang-orang kafir menginginkan perempuan tampil dengan pakaian menawan. Jika laki-lakinya terfitnah oleh dirinya, dan anak-anaknya membangkang kepadanya, maka generasi keturunannya menjadi sia-sia. Islam ingin agar perempuanterlindung dengan benteng yang sungguh mahal.


Adalah Adam a.s. di syurga tanpa teman dan tanpa pendamping. Lama berlalu masa itu, dan kesepian membuatnya semakin sulit. Maka Allah S.W.T. menciptakan untuknya Hawa. Lalu terciptalah antara keduanya kebersihan dan kesetian. Pertemuan yang baik, perlakuan yang baik. Laki-laki tanpa perempuan bak sebuah buku yang tak berjudul. Raja tanpa kerajaan. Sedangkan perempuan tanpa laki-laki adalah ibarat padang pasir yang tak bertumbuhan dan tak ada pepohonan. Kebun tanpa bunga dan buah.


Terima kasih wahai Aminah binti Wahab. Engkau telah menghadiahkan kepada kemanusiaan. Engkau telah mengajukan pengorbananmu untuk manusia. Seorang anak yang memancar kehormatannya sebagaimana pancaran matahari di waktu dhuha dan bulan saat benderang. Seorang anak yang mengatakan kepada kepercayaan berhala, “Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya. Jika kalian meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku takkan pernah meninggalkan agamaku. Sampai seluruh desa dan seluruh daratan ini terwarnai oleh agamaku.”


Perempuan-perempuan telah memberikan dunia, para pemimpin di masa khalifah Ar-Rasyidin. Mereka mempersembahkan para pahlawan dan para mujahidin, para ahli dunia dan agama. Perempuan, jika baik perilakunya, suci hijabnya, penuh kasih hatinya, maka rumah akan penuh keridhaan dan dunia menjadi tenteram. Rumah tanpa perempuan adalah mihrab tanpa imam, jalanan tanpa petunjuk. Andai perempuan tersembunyi dari kehidupan, tak ada pelukan dan senyuman, tak ada kata-kata dan ungkapan. Andai perempuan tak wujud di dunia, tak ada keturunan dan kelahiran. Hanya ada para bujangan.


Dalam hadis disebutkan, “Nikahilah perempuan yang kasih sayang dan banyak melahirkan anak.” Rahsianya adalah untuk memperbanyakkan pasukan, menambah jumlah tentera, dan agar Rasulullah s.a.w. membanggakan jumlah yang banyak di hari akhirat.


Kempen menutup aurat di negeri pimpinan Tuan Guru Nik Abdul Aziz bin Nik Mat


Di saat perempuan melucuti hijab, melepaskan jilbab, melawan hukum Islam, keluar dengan liar, katakanlah selamat tinggal kesucian. Bagaimana rumah tanpa pintu boleh terpelihara. Bagaimana istana boleh terlindungi tanpa penjaga. Air akan dijilat dan diminum oleh anjing. Maka, penghuni rumah haruslah menjaga dan melindungi.


Petikan tulisan Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni



29 Januari 2010

Apakah Erti Segulung Ijazah?




Pagi itu adalah pagi yang amat bermakna dalam kehidupan sebahagian manusia yang bergelar mahasiswa. Setelah sekian lama berada di bangku kuliah menimba ilmu, menekuni buku yang berjilid-jilid, dan berhempas pulas berperang di medan ujian, kini harga penat lelah mereka dihargai dengan segulung ijazah yang diterima.

“Wah, ramainya mahasiswa medic yang grad tahun ni! Kalau macam ni, mustahil Malaysia akan kekurangan doktor dalam 5 tahun lagi,” fikir saya.

Daripada 475 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang diwisudakan pada tahun ini sebagai Dokter Muda, saya berada pada urutan ke-238. Kedudukan disusun berdasarkan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang paling tinggi ke yang paling rendah.

Berdasarkan nombor urut pun sudah tahu, saya bukanlah pelajar cemerlang yang dapat dicontohi daripada aspek pendidikan dan keilmuan. Namun alhamdulillah, saya tetap bersyukur dapat diwisudakan setelah menghadapi pelbagai aral melintang dalam menepuh kehidupan sebagai mahasiswa kedokteran.

Dalam kesibukan orang bergembira mengambil foto dengan baju toga (baca: baju konvokenyen) dan segulung ijazah di tangan, saya kembali terfikir, apakah erti segulung ijazah yang diterima itu?


Gambar hiasan : Gembira di hari wisuda

Saya akui ijazah tersebut merupakan sebuah penghargaan dan anugerah atas kejayaan menamatkan pengajian, juga ‘lesen’ penting untuk melangkah ke alam pekerjaan. Tapi apakah hanya sekadar itu?

Apalah ertinya segulung ijazah jika kita belajar hanya sekadar untuk mengejar pointer yang tinggi. Apalah ertinya segulung ijazah jika ia dibeli dengan wang ringgit, tiada keikhlasan, penuh kepura-puraan, hanya untuk dibangga-bangakan, dan tiada mengenal erti kehidupan.

Dengan ijazah sebenarnya kita menggalas suatu tanggungjawab yang besar di hadapan Allah S.W.T. dan juga masyarakat. Ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah perlulah diamal dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Kemuliaan ilmu itu terletak apabila ia membawa kepada ketakwaan.

Marilah kita renungkan bersama..


p/s: Alhmdulillah diberi kekuatan oleh Allah untuk menulis blog kembali. Semoga ia menjadi amal soleh untuk kita saling memberi dan menerima dalam menuju redhaNya.


 


ZIKIR & FIKIR - Templates Novo Blogger 2008